Kamis, 07 Mei 2015

Curhat Seorang Teman

Bulan separuh cukup indah ku lihat. Warnanya kuning ke merah-merahan. Terkadang tampak redup akibat terpapas awan hitam menggulung kecil. Malam memang tidak secerah malam kemarin. Malam aku rasakan sangat sunyi mencekam. Hanya suara binatang malam mendendangkan nyanyian malam menambah suasana begitu membangunkan bulu roma. Pukul hampir 23.00 malam. Tak terasa aku memandang keindahan bulan terpesona sehingga larut malam tiba. Mataku sudah mulai mengantuk. Berat rasanya untuk terus menatap rembulan. Aku suka dengan keindahannya, namun mataku tak mau kompromi, aku pun beranjak tidur.


Dengan susah payah aku merambat untuk menuju kamarku. Jalan mengesot dengan menggunakan bokong, sampailah aku di depan pintu kamar ku. Kucoba meraih gagang pintu dengan cara menopang sekuatku menggunakan lututku untuk menggapainya. Sangat berat mempunyai cacat sedari kecil.

Aku syukuri dengan keadaan yang di berikan tuhan terhadapku. Walaupun aku sesekali merasakan kurang percaya diri dalam kehidupan ini. Seandainya aku tak takut dengan dosa, ingin rasanya mengakhiri hidup ini.

Keadaanku lumpuh sedari kecil. Kedua kaki ku, tak mampu untuk menopang tubuhku semakin lama semakin besar. Rasa linu aku rasakan ketika tangan kananku yang lumpuh memegang suatu barang, aku tak sanggup. Satunya sebelah kiri agak normal, bisa di bilang masih mampu untuk mengangkat sesuatu.
Sehingga aku harus makan dan minum menggunakan tangan kiri untuk menopang atau membawa sesuatu.

Jalan mengesot membuatku malu apabila bertemu dengan orang-orang. Apalagi kalau teman Mamahku berkunjung kerumah, aku sangat malu dengan keadaanku. Bahkan Mamah pun merasa malu ketika temannya bermain ke rumah, aku disuruh berdiam diri di dalam kamar sampai tamu-tamu Mamahku pulang.

Sehari-hari aku hanya di dalam kamarku yang di penuhi dengan koleksi boneka barbie ku. Aku suka sekali boneka barbie, bahkan aku jadikan teman sehari-hari. Em....
Ingin rasanya seperti wanita-wanita lainnya. Saling bercanda gurau, bersahabat, dan bisa mencintai. Terkadang aku merasa kurang percaya diri dan ada rasa iri di hatiku. Melihat teman-teman seusiaku sudah menikah bahkan sudah memiliki anak. Bahagia mendapatkan cinta yang sempurna dan hidup yang bahagia. Sedangkan aku, di usiaku yang hampir ke dua empat tahun, belum juga mendapatkan jodoh. Ah...siapa yang mau sama wanita lumpuh seperti ku. Jalan saja mengesot. Bagaimana nanti mengurus suami. Yang ada malah suamiku yang capek mengurus aku. Ah sudahlah aku jalanin saja takdir hidup ini, walaupun harapan dan rasa bosan terus menghantuiku.

Hari demi hari aku lalui di kamarku yang membosankan. Adikku di lahirkan dengan fisik normal, manganjurkan aku untuk membuat akun Facebook, agar aku bisa bergaul di dunia maya. Benar ternyata asik juga mempunyai akun Facebook.
Banyak obrolan dan candaan sehingga dapat menghiburku. Banyak yang minta pertemanan di akunku. Terkadang aku upload poto ku yang narsis seolah-olah aku mempunyai fisik normal, tentu poto itu menutupi tubuhku yang cacat. Wow...banyak yang like dan komentar-komentar yang membuatku tersenyum dan terhibur

Ada seorang lelaki di dunia maya pertemananku di facebook. Sebut saja namanya Yudi. Pertama kenal dengannya berawal dari inbok yang ia kirimkan padaku. Karena kami sering chat, akhirnya kami akrab dan saling terbuka. Aku jujur padanya bahwa aku lumpuh. Tubuhku mengecil di sebelah kanan, jalannya mengesot sehingga kalau buang hajat terpaksa harus duduk di rongga WC. Itulah aku berterus terang padanya.
Setiap candaan tawanya membuatku senang menelpon lama-lama padanya walaupun harus aku yang menelponnya, demi membuatku terhibur dan menemaniku setiap hari.

Dia pernah menyuruhku untuk minta di belikan kursi roda kepada orang tuaku. Aku menjawab pernah aku di belikan kursi roda, namun membuatku trauma hanya karena pernah terjatuh dari kursi roda, semenjak itu aku tidak pernah lagi menggunakannya sampai saat ini.
Walaupun aku minta lagi untuk di belikan kursi roda yang baru, bundaku berkata, "Rumah sempit begini. Toh kamu sudah terbiasa ini dengan jalan mengesot. Kalau kamu di belikan lagi kursi roda ibu takut kamu jatuh lagi," itulah jawaban ibuku jika aku meminta kembali di belikan kursi roda.

Kadang-kadang aku merasa tidak menerima dengan takdirku. Kenapa aku terlahir kedunia ini dengan fisik yang tidak normal. Aku ingin memiliki pasangan hidup seperti yang lain. Yah terkadang terbesit untuk mengakhiri hidupku.
Haruskah aku selamanya hidup sendiri untuk selamanya. Mungkin takdir tuhan yang yang menjawabnya.

Suatu hari aku pernah curhat sama bundaku. "Mah. Kapan yah Yula bertemu jodoh Yula." tanyaku. "Ada yang mau ga yah sama Yula," Aku berkesah, apa pendapat bunda.

"Gak tahu nak. Ibu hanya berdoa agar kamu menemukan jodohmu. Tapi apa mungkin ada lelaki yang suka sama kamu. Yang ada malah di hina nanti, karena kelumpuhanmu."

Hatiku menangis mendengar ucapan ibu. Tetapi benar juga. Mana mungkin ada yang mau sama wanita lumpuh sepertiku. Sungguh tak adil hidup ini.

Hari-hari sangat membosankan. Selalu yang ku lihat hanya ruangan kamarku. Masih baik aku bisa masak, sehingga ada kegiatan sehari-hari. Walaupun aku masak  di lantai. Kompor sengaja di taruh di bawah, agar aku bisa menjangkaunya. Hanya itu yang bisa aku kerjakan sehari-hari. Yang lainnya semua bundaku.

Ah...aku punya teman dari dunia maya di mana aku sebutkan di atas. Dialah yang membuat aku selalu tertawa, walaupun via phon. Sehari tampa menelponnya terasa setahun aku merindunya. Ya..Dialah lelaki imajinasiku.

Imajinasi cinta

Imajinasi canda dan tawa

Imajinasi orgasme dan rasa

Terima kasih lelaki imajinasiku, engkaulah yang membuat Yula seperti punya arti dan keyakinan 

__um__

Tidak ada komentar:

Posting Komentar