Sabtu, 15 Maret 2014

Debat Kusir Doa Makan


Waktu ashar pun telah tiba. Udin bergegas ke mesjid untuk mengumandangkan azan ashar. Sebagai seorang merebot mesjid Udin sangat rajin mengurus rumah Allah di dekat rumahnya. Bukan karena mandapatkan upah migguannya sebagai seorang merebot. Namun lebih dari itu, yaitu cintanya terhadap rumah Allah.

Selain menjadi merebot Udin juga menyempatkan diri untuk mengajar anak-anak mengaji. Walaupun hanya mengaji Iqro Atau alif-alifan. Itulah sehari-hari udin. Pekerjaan yang hanya untuk mencari Ridho Allah. Bukan hanya mengajar dan mejadi merebot mesjid, Udin juga rajin menuntut ilmu di salah satu guru kampung, yang di adakan setiap hari ba'da magrib.

Saking rajinnya Udin di masyarakat sudah di sebut Ustadz, walapun Udin sendiri tidak mau di sebut Ustadz, Udin memang bukan Ustadz, Pesanteren juga tidak pernah mengenyam, cuma Udin di lihat di mata masyarakat orang yang rajin beribadah, di situlah Udin mendapatkan title seorang Ustadz.

Padahal menurut Udin. Seseorang yang bisa di bilang ustadz adalah yang sudah menguasai 12 ilmu, seperti ilmu Nahwu shorof, manteq, bayan, tafsir, ushul fiqih, akhlak, kalam dan al hadist. Semua ilmu harus di kuasai, baru bisa di bilang dia seorang ustadz.



Namun pandangan orang awam, bila melihat orang yang baru bisa megajar alif-alifan sudah di bilang ustadz. Termasuk Udin yang sudah mendapatkan titlel Ustad oleh masyarakat setempat di mana Udin tinggal.

Sholat ashar pun selesai, Udin segera menuju di mana dia mengajar mengaji, yaitu di tempat rumah seorang murid yang rumahnya di sediakan untuk mengaji. Dengan wajah cerita Udin memberi salam kepada anak-anak. "Assalamu alaikum..."
"Wa alaikum salam" Jawab anak-anak.
Udin pun segera membuka pengajian,

"Anak-anak ada yang sudah hapal doa makan beluum...?" Tanya Udin kepada anak-anak. Anak-anak pun terdiam gak ada yang berani menjawab.

"Belum ada yang hapal..!" tanya kembali udin.

"Ya udah ikutin yah.." Kata udin sambil membuka buku perkumpulan doa.


 "Allahumma barik lana fima rojagtana wa kina adjab bannar"

Anak-anak pun mengikuti dengan khusyuk.
Suara Doa makan yang di ajarkan Udin kepada anak-anak terdengar jelas keluar rumah. Suara lantang yang di kumandangkan anak-anak, membuat tetangga yang bernama Pak Abu merasa terganggu. Pak Abu adalah seorang pensiunan dari tentara.Sehari-hari pak Abu selalu tertutup terhadap masyarakat, jarang bergaul, apalagi kalau ada acara ke agamaan seperti maulid dan Isra miraj. Pak Abu jarang datang, apalagi di acara tahlilan untuk mendoakan orang yang sudah mati, pak Abu paling benci, karena menurut pak Abu semua perbuatan tersebut bid'ah, tidak ada ajarannya, tidak ada di zaman rasul.

Mendengar suara anak-anak yang belajar tentang doa makan, pak Abu keluar untuk menemui Si Udin sebagai ustadznya yang mengajari doa makan tersebut.

"Asalamu alaikum ..pak ustadz" Kata Pak Abu memberi salam dengan nada faseh kepada Udin.

"Wa alaikum salam.. eeh pak abu ada apa pak tumben ...?" Kata Udin dengan perasaan was-was takut di ajak debat. Sebenarnya Udin sudah tahu apa yang ada di pikiran Pak Abu, seperti biasa pasti pak Abu selalu mengajak ngobrol yang kontravesial.

"Gini stadz tadi ustadz mengajarkan doa makan yah.."

"Iya pak" Jawab Udin.

"Begini stadz, doa yang ustadz ajarkan itu hadistnya Dho'if, sanadnya lemah." Kata pak Abu

"Mmm..." Udin merenggum dan pura-pura dehem,

"Iya sedangkan yang shohihnya yang di ajarkan oleh Rasulullah adalah, cukup BISMILAHI, itu yang shohih" Lanjut Pak Abu dengan merasa bener.

"Jadi pak Ustadz kalau mengajarkan anak-anak ambil yang keterangan nya jelas dan shohih" Ujar pak Abu.

"Ohh gitu yah pak" kilah Udin pura-pura blo'on.

"Itu perbuatan bathil stadz, islam itu tidak mempersulit, apa itu tahlilan, maulid emang nya ada ajarannya dari nabi kita, sedangkan itu adalah adat-adat orang hindu, seperti tahlilan, atau maulid, nabi tidak mengajarkan untuk berulang tahun kok!.." Lanjut pak Abu dengan nada yang sedikit menaik dan membuat hati Udin bergetar. Namun Udin hanya diam mendengar celotehan pak Abu, Udin mencari waktu yang tepat untuk mematahkan argumen pak Abu.

Setelah pak Abu diam, Udin pun mulai membuka pembicaraannya, karna Udin taju menghadapi seperti pak Abu ini harus dengan akhlak dan kesabaran, tentu dengan ilmu yang bisa mematahkan argumennya.

"Begini pak, Doa yang saya ajarkan kepada anak-anak itu juga yang di ajarkan oleh guru saya. Lagian banyak kok doa makan yang seperti yang saya ajarkan kepada anak-anak di buku-buku perkumpulan doa yang tersebar luas di toko-toko buku," Kata Udin dengan nada suara sedikit sewot.

"Lagi juga yang mengarang buku itu juga para ulama, sudah tentu merekalah yang lebih tau dari pada saya," Ucap Udin.

"Saya rasa bagus pak doa makan itu," terang Udin, "Allahuma barik lana' (ya allah berilah kami keberkahan') Fii ma rozak tana, (di dalam rizki barang yang engkau berikan,) wa kinaa adzabannar, (dan jauhkan lah kami dari api neraka)". Ujar udin sambil menghirup kopi manis hitam yang di sediakan oleh yang punya rumah.

"Biar bagaimana pun Hadist dho'if tidak bisa di amalkan". Kilah pak Abu sedikit kesal.

"Pak hadist yang menurut bapak itu Dho'if, isinya kan doa, sedangkan doa sangat di anjurkan, bahkan Allah akan mengecap orang yang malas berdoa sebagai orang yang sombong." Kata Udin dengan santai.

Udin pun berdiri sambil berkata:

"Gini aja dah pak, terlepas dari itu hadist Dho'if atau shohihnya, bagaimana kalau di gabungin aja, biar dapat dua pahala" Kata udin sambil berdiri dan memakai sendalnya.

"Dua pahala gimana ?" Kata pak abu

"Yah dua pahala caranya di gabungkan yang shohih dan yang menurut bapak dho'if."

"Seperti ini pak. Allahuma barik lana fi maa rozaktana wa kina adjab bannar. BISMILAHI, langsung makan deeh nyam, nyam, nyam. Kan dapat dua pahala tuh, pahala berdoa dan pahala mengamalkan Hadist shohih" Kata Udin sambil mengucapkan salam kepada pak Abu dan segera pergi pulang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar