Jumat, 28 Maret 2014

Kekuatan Seorang Wanita

Putri anak yang manja ke pada ayahnya. Ditinggal ibunda tercinta semasa usianya yang ke tiga tahun. Kini Putri sudah beranjak remaja. Dengan kenakalannya sebagai seorang remaja di usianya yang ke 13 tahun. Keingin tahuannya tentang sesuatu sangatlah tinggi.

Di pagi yang cerah dengan di iringi suara ayan jantan berkokok, Putri seperti biasa menyiapkan sarapan pagi untuk sang ayah yang telah lama hidup menduda. Putri adalah satu-satunya anak pak Herman dari istrinya bernama lusi, dalam perkawainannya dengan lusi harus berakhir tragis. Herman di tinggal istrinya menghadap yang maha kuasa pada saat Putri berusia tiga tahun dalam kecelakaan motor yang di di kendarainya. Dalam peristiwa itu Herman dan Anaknya Putri selamat, namun istrinya Lusi tewas di tempat. Mengenang peristiwa itu membuat Herman sedih, penyesalannya seakan-akan tidak bertepi. Cintanya kepada Lusi tidak terlupakan, sehingga membuat Herman malas untuk menikah lagi dan mencarikan ibu baru buat Putri.

Di pagi itu Herman duduk di samping Putri, "Sudah Put, ayah akan berangkat kerja, kamu sekolah jam berapa?" Tanya Herman kepada Putri.

"Sebentar lagi yah,"

"Sudah sarapan?"

"Sudah ayah, Ayah sudah minum kopinya" Tawar Putri kepada ayahnya sambil mempersiapkan peralatan sekolahnya.

"Put, kamu jangan nakal yah di sekolah, yang rajin nak dalam menuntut ilmu", Ujar Herman sambil memakai sepatu kerja.

Di sela-sela dalam pempersiapkan peralatan sekolah Putri bertanya kepada ayahnya :
"Yah kapan Putri punya ibu lagi?" Tanya putri kepada ayahnya Herman dan membuat Herman terenyuh hatinya mendengar pertanyaan Putri, karena di pikir selama ini Herman masih belum bisa melupakan cinta nya pada Lusi, ibunda Putri.

"Iya nak, tapi ayah belum ketemu wanita yang bisa menjadi ibu kamu." Jawab herman.

"Ayah menginginkan seorang istri yang selalu menyayangi kamu, dan bisa menjadi ibu yang baik hati dan bisa menerima ayah apa adanya," Lanjut Herman. Dan herman pun memeluk Putri lalu merangkulnya, membuat suasana haru, termasuk Putri merasakan suasana yang begitu haru, namun Putri tidak mau membuat ayahnya menjadi sedih, di ciumnya pipi ayah nya.

"Ayah, Putri mau tanya tentang wanita ?" Ucap Putri sambil tidur di kaki ayahnya.

"Maksudnya,". Herman membelai rambut Putri yang mulai memanjang. Teringat wajah sang istri, karna memang wajah Putri mirip dengan ibundanya Lusi.

"Iyah ayah aku tanya, kenapa seorang wanita sangat mudah untuk menangis" Tanya Putri

"Pertanyaan kamu dewasa sekali nak.!" Ujar Herman

"Baik lah, Ayah akan jawab pertanyaan Putri," Lanjut Herman sambil meneguk kopi yang di sediakan Putri

"Karena Allah menciptakan bahu yang begitu kuat kepada wanita untuk menopang dunia. Dari melahirkan kamu sampai membesarkan kamu nak!" ujar Herman. "Namun harus cukup lembut dan memberikan kenyamanan" terang Herman dengan kasih sayang dan membuat air matanya berkaca-kaca.

"Maksudnya menopang dunia apa ayah?" Tanya Putri kembali.

"Iya karena wanita sangat penting dalam peranannya di dunia ini, seperti melahirkan kamu, dalam perjuangannya melahirkan anak sangat lah susah antara hidup dan mati." Herman menerangkan.

"Dan menerima penolakan kepada yang datang dari anak-anaknya. Apabila seorang ibu tidak di sukai anak-anaknya. Allah memberikan kekuatan untuk membuatnya tegar di saat yang lainnya lemah, namun ia mengasuh anaknya dengan penuh penderitaan dan kelelahan tampa mengeluh" Lanjut Herman dalam menerangkan apa yang di tanyakan oleh anaknya Putri.




"Se-istimewah itu kah ayah?!" Tanya Putri kembali dengan wajah ke ingin tahuan.

Sambil membangunkan Putri dari pahanya Herman pun menjawab;
"Bukan hanya itu, Allah juga memberikan ke peka'an untuk mencintai anak-anaknya dalam setiap keadaan dan situasi sesulit apapun. Bahkan ketika anak-anaknya menyakiti hatinya." Jawab Herman dengan santai, walaupun hatinya menangis teringat sang istri yang di cintai. Yang menghasilkan seorang anak bernama Putri.

Tidak sengaja Putri memandang wajah ayahnya sembab dan melihat air matanya berlinang berkaca-kaca. Melihat itu, Putri segera mengusap dengan ibu jari tangannya

"Ayah nangis yah?" tanya Putri dngan penuh penyesalan.

"Iya nak, ayah hanya sedih saja ternyata kamu sudah punya pikiran dewasa, walaupun usia kamu baru beranjak remaja!"

"Maaf kan Putri ayah" ucap putri sambil menghapus air mata yang tertetes di pipi ayahnya.

"Yah sudah, segera berangkat ke sekolah, sudah siang tuh, ayah juga mau berangkat kerja" pungkas Herman sambil membangunkan Putri dari pangkuannya.

"Iya ayah! Ayah juga hati-hati di perjalanan kerja" Ujar Putri

Mereka pun segera bergegas untuk kesibukanya masing-masing. Sambil membawa cerita di pagi hari yang penuh haru dan dramatis



Blog Ku Yang Kisah2 Agama

Kalau kalian suka dengan cerpenku ini mohon di share yah

1 komentar:

  1. keren

    tapi membayangkan anak remaja bertanya tentang hal itu.
    agak susah juga buat jawab

    mampir juga ya
    http://seivthalife.blogspot.com/

    BalasHapus