Senin, 21 Desember 2015

Manusia Balung Besi


Burung gagak itu terbang sambil mengoak di atas rumah penduduk Desa Pengasinan. Suaranya sangat keras dan lantang. Konon apabila terdengar suara burung gagak, petanda akan ada marabahaya. Kepercayaan itu masih dipercaya oleh sebagian orang.

Seorang pemuda duduk bersila di atas batu cadas sungai ceherang. Kedua tangannya dirangkapkan. Duduknya diam tak bergeming sedikitpun. Matanya terpejam rapat. Serasa tidur namun mata hati dan pendengarannya tidak tidur. Pemuda itu harus menyelesaikan semedinya sampai bulan purnama tiba sewindu lagi




Air sungai ceherang menguarkan suara merubuk karena labrakan sebongkah batu dimana pemuda itu bersemedi. Angin berdesir keras sehingga melambaikan rambut pemuda itu yang sedikit gondrong. Jiwanya benar-benar tidak terganggu dengan suara-suara itu.

Dari arah muka tampak sinar biru menggulung-gulung laksana bola api. Ekornya sangat panjang sehinga dapat menyinari sekitarnya. Tak lama kemudian sinar biru itu berhenti didepan pemuda yang sedang bersemedi.

Tapi aneh, sinar biru berbentuk bola itu tiba-tiba menjelma sesosok tubuh manusia laksana neon. Seluruh tubuhnya bersinar terang berwarna biru, dengan tenangnya ia sudah berdiri di hadapan pemuda itu.

"Bangunlah Gilang Raniar." Manusia neon itu menyebut nama Gilang Raniar, yang tidak lain adalah nama pemuda itu..

Bangunlah, kini kau harus menerima mantra terakhir yang akan aku berikan kepadamu."
Mendengar suara itu, pemuda bernama Gilang Raniar lalu memicikkan mata perlahan. Jelaslah apa yang di hadapannya. Sosok manusia itu adalah sosok renkarnasi. Sebagai petapa ia sudah tahu resikonya. Lalu Gilang Raniar menganggukan kepala, petanda ia sudah terbangun dari semedinya.

"Sewindu lagi kamu sudah dapat mengakhiri pertapaan ini. Kini saatnya kau terima kekuatan yang tidak akan terkalahkan oleh musuh-musuh mu. Kekuatan itu adalah BALUNG BESI." Ujar manusia neon itu, yang disebut manusia renkarnasi.

"Baik makhluk bersinar didalam gelap!" jawab Gilang Raniar.

Lalu manusia neon mengambil benda seperti tulang, memang itu sebuah tulang, entah tulang apa? Lantas manusia neon itu memberikan kepada Gilang Raniar.

"Terima lah ini!" katanya. "Jadikan tulang harimau ini sebagai jimat kedikjayaan. Rebuslah tulang ini lalu minum airnya. Kerjakan selama dua minggu setiap hari 3x.

"Kapan aku akan menjalankan ritual ini?" Gilang Raniar bertanya. "Sedangkan aku masih sewindu lagi menjalankan pertapaan ini."

"Cukup!" jawab manusia neon. "Kamu sudah cukup melakukan pertapaan ini. Aku izinkan kamu untuk bangun dari semedimu. Karena di luar sana sudah tidak sabar lagi menanti kedatanganmu. Mereka butuh bantuanmu." Manusia Neon itu berujar panjang, tak lama kemudian, manusia neon itu kembali berbentuk bola api lalu mencelat pergi meninggalkan Gilang Raniar.

Pemuda petapa itu, segera meninggalkan batu cadas dimana ia duduk bersemedi, dengan membawa tulang pemberian manusia neon itu.

***

Malam dingin menggerogoti tulang sum-sum warga setu. Dinginnya tidak terkira. Banyak yang kambuh dengan penyakit akutnya. Seperti asma, akan terasa sesak dirasa karena merasakan dingin yang amat sangat.

Di sudut Desa Pengasinan, tampak rumah yang terbuat dari anyamam bambu. Rumah hampir rubuh karena banyak tiang-tiang penyangga habis terkikis termakan rayap. Atapnya terbuat dari ijuk. Hanya lampu tempel penerangnya.

Terlihat seseorang lelaki dengan tubuh gemuk bahkan lebih gemuk dari boneka badut. Seraya memakai ikat kepala kain batik. Bajunya warna hitam dengan ikat pinggang besar seperti jawara. Juga terselip sebilah golok besar.
Lelaki gemuk itu memandang keluar lalu mendongak keatas lagit. Setelah itu ia berteriak keras. "Jakaa ... Oleee ....!"

Tak lama kemudian keluar dari pintu rumah itu sosok anak lelaki remaja, ia bertelanjang dada. Lalu anak lelaki remaja itu berdiri di belakang lelaki gemuk itu kemudian berkata dengan nada ketakutan. "Ya ayah ...!"

Ternyata lelaki gemuk itu, ayah dari anak lelaki remaja itu.

"Besok kamu harus ke Jakarta untuk menemui ibumu!" ucap sang Ayah kepada lelaki remaja itu, bernama Jakaole. "Ayahmu sudah tidak punya uang lagi buat biaya hidup juga buat beli tembakau Ayah!"

Jakaole hanya diam.

"Kenapa kamu diam nak?" tiba-tiba sang Ayah bertanya dengan nada keras.
Jakaole terperanjat, sambil menundukan wajah seraya berkata. "Tidak ada ongkosnya Ayah!" ujarnya tidak berani menatap sang Ayah. "Ongkos ke Jakarta, mahal dan jajanan disana tidak ada yang murah Ayah ...!"

Sang Ayah yang bertubuh gemuk dan mempunyai kumis jarang itu sejenak membisu. Wajahnya memandang kelangit menatap kelamnya malam. Ia teringat akan wajah sang Istri yang sedang berada di kota jakarta untuk mencari nafkah.

"Neng Warsih," panggilnya didalam lamunan.

"Aku kangen ... sama kamu neng.! Neng Warsih adalah istri a'a yang rajin dan pandai menabung. Engkau sungguh berani dan jantan dalam menghidupi suami dan anakmu!" Setelah berujar begitu, lelaki dengan sebilah golok besar terselip di pinggangnya, tiba-tiba air matanya berderai tidak tertahankan. Tangisannya terdengar oleh Jakaole.

Sebagai anak tentu dia merasa iba melihat sang Ayah menangis bombay, seraya mendekat lalu kerkata.
"Sudah Ayah jangan menangis. Kalau Ayah menangis, Jakaole juga ikut sedih!" Anak lelaki itu memeluk sang Ayah. "Besok pagi buta jakaole akan berangkat menyusul ibu."

Sang Ayah mengusap air matanya.

"Ongkosnya dari mana?" Tanya sang Ayah dengan mata sembab dan berkaca-kaca.

"Nanti Jakaole mau minjem duit sama Mak Ijah!"

Mak Ijah adalah dukun beranak sakti di Desa Pengasinan. Ketangkasan jurusnya dalam menangani para ibu bersalin sangat mumpuni. Mak Ijah Dukun beranak paling di segani oleh para dukun beranak delapan penjuru mata angin.

"Emangnya Mak Ijah lagi dapat orderan orang beranak apa?" kembali sang Ayah bertanya.

"Tadi ole lihat sih ada dua!" jawab Jakalole yakin.

"Ya sudah kalau kamu gak malu minjemnya!"

"Tidak Ayah!" pungkas Jakaole.

***

Sementara itu Gilang Raniar sedang asik menikmati kopi manis di warung kedai milik haji Burhan, lamat-lamat terdengar kentongan bertalu-talu disusul suara menjerit seorang wanita, tentu membuat Gilang Raniar tercekat hatinya. Dia segera meninggalkan secangkir kopinya lalu berlari menuju suara itu berasal.
Sesampainya di situ, Gilang Raniar bertanya pada salah satu warga.

"Ada apa pak?!" Tapi yang ditanya malah melengoskan wajah lalu berlalu pergi. 

"Sialan tuh orang songong banget, ditanya malah nyuekkin!"

Penasaran dengan keadaan yang sebenarnya, Gilang Raniar memberanikan diri untuk mendekati kerumunan orang-orang tersebut. Ia ingin menyaksikan diri ada apa sebenarnya yang terjadi.

Setelah Gilang Raniar melongok kedepan alangkah terkejutnya ia. Sesosok mayat wanita tampa busana tewas mengenaskan. Tubuhnya penuh sayatan benda tajam namun yang sangat memilukan kedua matanya sudah tidak ada. Gilang Raniar sontak berkata keras kepada masyarakat yang melihatnya.

"Ini adalah perbuatan alien. Ia hadir di bumi ini hanya ingin membuat kekacauan."

Warga yang mendengar itu pada berpandangan. Mereka tidak mengerti apa itu alien, termasuk yang menulis cerita ini pun bingung, mau di bawa kemana ini cerita. Tak lama kemudian dari arah tenggara, muncul sinar putih menyilaukan mata. Sinar itu tiba-tiba terpecah sehingga menyilaukan mata yang sangat amat.

Semua warga menutup mata karena tak tahan menahan silau yang mencucuk bola mata. Kecuali Gilang Raniar, ia kebetulan memakai kaca mata hitam sehingga sinar silau tak bisa menembusnya.

"Hai lihat ...?!" pekik salah satu warga, sambil menunjuk kearah sinar silau itu yang mulai meredup.

Semua mata tertuju pada sesuatu yang di tunjuk oleh salah satu warga itu. Dari balik sinar menyilaukan itu, keluar seorang wanita cantik berpakaian keraton. Wanita itu memakai kebaya dan kain batik, bersanggul laksana sinden penari jaipongan. Di dadanya yang menyembul tertera bacaan. Susilawati 008. Jelaslah wanita itu bernama Susilaswati 008, wanita alien yang turun dari angkasa.

Gilang Raniar meleletkan lidah melihat kecantikannya. Body-nya aduhai, pantatnya demplon, wajahnya unyu-unyu laksana permen lolipop. Wanita itu tersenyum lalu mendekati Gilang Raniar.

"Wahai pemuda tampan! Maukah kamu menikah dengan ku?!" tiba-tiba wanita alien berkata begitu. Tentu membuat Gilang Raniar gelagapan, ia baru pertama kali digoda oleh seorang wanita. Pernah ia di goda ketika melakukan pertapaan di sungai ceherang, tapi godaan itu ditepisnya.
Namun kali ini ia tidak bisa bergeming, ketika wanita alien itu merabah dadanya, lalu berputar dan membisikan ke telinga dengan lembut. "Kamu adalah brondong yang aku cari selama ini!"

Tercekatlah hati Gilang Raniar di sebut brondong. Berarti kalau dia disebut brondong, berarti juga wanita ini berusia tua. Tapi kenapa terlihat seperti anak cabe-cabean. Sungguh sudah gila dunia ini. "Kiamat sudah dekat!" rutuk Gilang Raniar di dalam hati.

Susilawati 008 memandang ke warga dengan mata menyorot tajam lalu berteriak keras sehingga memecahkan gendang telinga.

"Ngapain kalian berdiri di sini. Atau kalian mau mati seperti gadis ini!?" sambil menunjuk kearah Gadis yang tergolek tak bernyawa.
Sontak warga ketakutan dan membubarkan diri.  Sedangkan Gilang Raniar masih berdiri didepannya lalu ia berkata. "Jadi ini perbuatan kamu?"

Yang ditanya sunggingkan senyum lalu tertawa terbahak-bahak. "Ha ... Ha ... Ha ...apa urusanmu," sentaknya kepada Gilang Raniar. "Aku telah mengambil raganya untuk kecantikan dan keabadianku tinggal di bumi ini." terangnya.

Gilang Raniar terkejut lalu ia berkata. "Jadi kamu membunuh gadis ini untuk kau ambil sukmanya dan menerap ditubuhmu?!" "Emm ... " Wanita alien itu berdehem. Lalu tersenyum menyeringai.

"Kamu adalah wanita cantik berhati iblis yang akan membuat kekacauan di bumi ini!" seru Gilang Raniar. "Tak akan aku biarkan ini terjadi, aku akan menjaga ketentraman di bumi ini." ujar Gilang Raniar pula.

"Ha ... Ha ... Ha .." kembali Wanita alien Susilawati 008 tertawa. "Apa kekuatanmu bisa berkata keren begitu?" ujarnya pula.

Gilang Raniar pencongkan mulut. "Aku adalah Manusia Balung Besi, yang akan menjaga keselamatan di bumi ini!"
Suslawati 008 tertawa kembali mengejek. "Wow ... Keren sekali julukanmu sebagai manusia balung besi yang artinya manusia bertulang sekuat besi!" Lalu wanita alien itu alias Susilawati 008 rangkapkan tangan di dada. Lalu berkata kembali. "Sudahlah, jangan kau debatkan ini. Lebih baik kita segera menikah, sebelum terjadi fitnah di antara kita. Kamu tahu, dunia ini sudah hampir kiamat. Banyaknya perzinahan dan pembunuhan. Nenek-nenek seperti anak ABG bergaya. Akik-akik suka main jablay artis walaupun dengan harga jutaan, hanya sekedar nyicipin selangkangan artis. Padahal mah bentuk dan rasanya sama."

Gilang Raniar diceramahin begitu sempat terdiam. Ada benarnya juga apa yang dikatakan wanita alien itu dunia sudah tua. Tapi biar bagaimana pun dia tidak terima atas pembunuhan seorang gadis yang mati mengenaskan di depannya.

Lalu ia kembali berujar kepada wanita alien itu. "Aku ingin bertanya padamu?"

"Tanya apa?" jawab Susilawati 008 sambil tersenyum nyi-nyir.

"Apakah kamu masih ingin membunuh para gadis, hanya untuk kecantikan dan ke-abadian tubuhmu?" Gilang Raniar mendekatinya.

"Yah!" jawab wanita alien itu sontak. "Untuk sementara aku akan mengambil sukma para gadis cantik sebanyak 7 gadis dara." katanya lagi, walaupun di zaman sekarang jarang gadis-gadis yang masih perawan."

"Aku tidak terima. Aku akan menghalagi kejahatanmu." ujar Gilang Raniar.
"Oh ... oh ... oh ... Ternyata kamu besar kepala juga. " kata wanita alien itu. "Di ajak menikah gak mau. Kamu lebih memilih sengketa kepadaku!"

"Cuih ..." Gilang Raniar meludah. "Najis petala bumi gue nikah sama wanita alien seperti mu. Geli aku ngeliatnya. Kecantikanmu hanyalah renkarnasi belaka, namun hakikatnya kamu wanita iblis yang paling jelek."

Susilawati 008 alias wanita alien, wajahnya merengkut, lalu menggeram, tampak rahangnya naik-turun petanda menahan marah. Tiba-iba matanya mencelat sinar berwarna merah. Dengusan nafasnya sedikit menguarkan asap hitam. Bibirnya mengancing lalu menguarkan suara bletekan.

Gilang Raniar melihat perubahan pada tubuh Susilawati 008 sempat bergidik ngeri. Namun ia tak takut jika terjadi pertempuran dengan wanita alien itu demi menjaga bumi dari kehancuran.

"Pemuda bodoh!" hardik wanita alien itu. "Dikasih daging lebih montok gak mau, malah doyan tulang."

Mendengar itu Gilang Raniar tertawa. "Huaa ... ha ... ha ... ha ... bisa aja loe, semau gue weeek..."

"Sompret, kecoa bunting, kamu membuat aku murka!" kata wanita alien, seraya mendekati Gilang Raniar lalu mencekik batang lehernya. "Apakah aku harus dengan cara ini!" Sambil mengangkat tubuh Gilang Raniar dengan menggunakan satu tangan.

Hebat, Gilang Raniar terangkat tubuhnya keatas. Sambil menahan nafas Gilang Raniar berkata terbata-bata. "Turunkan aku wanita iblis!"

"Tidak, kalau kamu tidak mau menuruti permintaanku!"

"Haram jadah! Sampai kapanpun, aku takan menyukaimu." ujar Gilang Raniar sambil meronta untuk melepaskan tangan wanita itu mencekik lehernya.

"Ha ... ha ... ha ... Manusia bodoh, aku muak lihat manusia bodoh seperti mu." sambil berkata begitu, wanita alien itu melemparkan tubub Gilang Raniar, sehingga membuat tubuh pemuda itu terpelanting. Kebelakang lalu jatuh duduk mendeprok.

"Sialan," rutuknya sambil ngusap-ngusap bokong. Gilang Raniar pun segera berdiri. Ia mengambil kuda-kuda. Tulang yang dijadikan senjata siap di kuarkan. Sebenarya walaupun tidak dikuarkan juga tidak mengapa. Tapi ritualnya harus dijalankan yaitu merebus tulang itu, lalu airnya di minum sehari 3×.
Karena belum sempat, dengan terpaksa akhirnya Gilang Raniar pun menggunakan tulang itu sebagai senjata. Dengan berucap lantang Gilang Raniar menyerang kemuka "Rasakan kekuatan ini!" Ketika itu juga sinar biru merasuki tulang itu, lalu menghempaskan sinarnya tepat di leher wanita alien itu.

Wanita alien itu tentu tak tinggal diam. Dengan sebat pula ia bersiap menguarkan kekuatan Menanti Kedatangan Bulan. Tangannya di putar-putar laksana kincir, lalu menguarkan sinar Jingga yang menyilaukan mata. 

Bau aroma bunga cinta menguar dari sinarnya menusuk hidung Gilang Raniar.
Secepat pula Gilang Raniar menutup rongga hidungnya. Tapi yang lebih menakutkan lagi, sinar jingga itu akan melabrak tubuh Gilang Raniar. Dengan kekuatan tulangnya, ia segera memutarkan untuk menagkis serangan itu. Sinar biru menggulung-gulung laksana ombak. Dalam beberapa menit saja tabrakan sinar kekuatan itu berdentum menggelagar.

Duuaaar ...

Gilang Raniar mencelat kebelakang sekira dua tombak. Tapi aneh wanita alien itu masih saja berdiri genit tampa bergeming sedikit pun. Bahkan ia malah sunggingkan senyum menyeringai.

"Hi ... Hi ... Hi ..." wanita itu tertawa mengikik. "Pemuda culun, bangun kuarkan semua kekuatanmu." Wanita alien itu berujar dan mengejek.

Gilang Raniar meringis ketika ia mau bangkit tiba-tiba terasa sakit tulang rusuknya. Terasa patah tulang iganya. Kepalanya pening, sedikit mual dirasakan. Lalu terdengar suara samar-samar membisikan telinga Hilang Raniar. Bisikannya seperti ini: 

"Lebih baik kamu mengalah, dan segera lekas pergi. Mengalah bukan berarti kalah, tapi kamu harus memulihkan tenagamu dan mengobati lukamu dengan minum air rebusan tulang itu."
Mendengar bisikan ghaib itu. Gilang Raniar mengerti ia pun segera memilih untuk melarikan diri dan meninggalkan wanita alien itu yang tidak lain adalah Susilawati oo8. 

Melihat pemuda itu, wanita alien tertawa terbahak-bahak. "Pemuda cengo ... diajak kawin gak mau.. Uh .. Padahal aku seksi looh..!"

3 komentar:

  1. menurutku siih ..iya..masuk Fiksi Fantacy..Liii...

    BalasHapus
  2. Karna Di ERTIGAPOKER Sedang ada HOT PROMO loh!
    Bonus Deposit Member Baru 100.000
    Bonus Deposit 5% (klaim 1 kali / hari)
    Bonus Referral 15% (berlaku untuk selamanya
    Bonus Deposit Go-Pay 10% tanpa batas
    Bonus Deposit Pulsa 10.000 minimal deposit 200.000
    Rollingan Mingguan 0.5% (setiap hari Kamis

    ERTIGA POKER
    ERTIGA
    POKER ONLINE INDONESIA
    POKER ONLINE TERPERCAYA
    BANDAR POKER
    BANDAR POKER ONLINE
    BANDAR POKER TERBESAR
    SITUS POKER ONLINE
    POKER ONLINE


    ceritahiburandewasa

    MULUSNYA BODY ATASANKU TANTE SISKA
    KENIKMATAN BERCINTA DENGAN ISTRI TETANGGA
    CERITA SEX TERBARU JANDA MASIH HOT

    BalasHapus