Senin, 07 April 2014

Udin Menerangkan Fikih Jihad

Pagi pun menyambut dengan cepatnya. Matahari mulai menunjukan wajahnya Adul pun seperti biasa selepas sholat subuh menuju ruang keluarga, dan mulai mengutak-atik remot tv nya. Acara yang Adul suka Program ceramah di salah atu staiu tv yang Ustadz nya mempunyai khas Jema'ah....Namun Adul terjebak di acara berita terkini alias berita pagi. "Berita apa yah hari ini yang terbaru" Kata Adul smbil bangun untuk membuat kopi dulu. Dengan kesukaan nya yang sering meminum kopi gak ada jadwalnya. Di lihatnya berita dengan khusyu nya. Namun Adul menggerutu dalam hati "Paling berita perang" celetuk Adul dalam hatinya. Benar juga berita yang mengenai peperangan di timur tengah di Suryiah, Palestina, pembantaian Umat Muslim di Rohingya, dan perang agama di Afrika, semua di sajikan dengan gamblangnya. Adul merasa miris di dalam hatinya, seraya berdoa "Ya Allah jagalah agamamu, berikan kekuatan kepada kaum Muslim yang di landa peperangan" Doa Adul di dalam hatinya sambil menghirup kopi yang punya rasa kapal api. "Orang Islam ko demen banget perang yah?" Besit Adul.


"Bang, dah siang kapan berangkat kerjanya,?" Sang Istri tercinta menegur Adul, Julehanya namanya. Dengan mempunyai wajah yang oval, cantik, tentu sholeha itulah yang menyebabkan Adul suka dan sayang sama Juleha. Bertemu di tempat pengajian di salah satu mesjid di di daerah Adul. Pandangan pertama membuat Adul jatuh cinta kepada Juleha. Akhirnya Adul memberanikan diri untuk menghibah Juleha dan menjadikan Istri pertama. Mungkin!.

"Iya sayang bentar lagi, nih juga kopinya lum abis" Kata Adul dengan sedikit merayu, membuat Juleha senyum, "Ngerayu, dah sono cari rezeki" Ujar Juleha sambil meyiapkan barang-barang yang akan di dagang oleh Adul. Adul seorang pedagang. Yah pedagang es box yang biasa mangkal di sekolah-sekolah.
Adul tertawa kecil melihat istrinya yang mesem-mesem kegirangan dapat rayuan maut dari Adul, sang pujangga cinta sekelurahan.

Dengan sepeda motornya, Adul pun berangkat dagang dengan di iringi doa dari sang istri tercinta yang selalu mendoakan untuk keberkahan suaminya. "Hati-hati yah bang" Pesan Juleha sambil mencium tangan Adul petanda Juleha adalah istri yang sholeha.

***

Sesampai di sebuah seolah yang biasa Adul menjajahkan dagangan nya. Adul pun mulai membuka lampak es nya. Dalam sekejab anak-anak itu menggrumuti Adul sehingga Adul tidak kelihatan pantatnya saking banyaknya kerumunan anak-anak yang mau membeli es Adul. "Alhamdulillah ramai juga hari ini dagang," Syukur Adul dengan pemberian rizki nya pada hari ini. "Gak sia-sia mempunyai istri yang selalu mendoakan suaminya," Merasa bangga Adul dengan Istrinya.

Adul memang leaki yang bertanggung jawab, bukan hanya di rumah sebagai kepala rumah tangga tapi juga bergaul di masyarakat, membuat Adul di sukai dan banyak pergaulan.

***

Sore pukul 15.00, Ustadz Udin memulai aktivitasnya sebagai guru alif-alifan, Namun Udin bukan lah seorang Ustadz yang lulusan dari pesantren terkenal, Udin hanya seorang guru mengaji yang sudah di pandang di mata masyarakat karena ke sholehannya dan rajin beribadah, sehingga masyarakat setempat memberiakan title Ustadz kepada Udin. Walaupun Udin sendiri gak mau di sebut Ustadz.

Adul teman akrab nya selagi di satu majelis taklim tempat menuntut ilmu dari seorang guru yang sudah mumpuni keilmuannya. Guru Rozak lah yang mengajarkan kami cara berakhlak dan menjalankan syariat islam, yang berpedoman pada fikih Imam As Syafei. Dan berfaham Ahlus sunah wal Jamaah.

Selepas magrib berjamaah, Adul dan Ustadz Udin duduk di teras mesjid dengan membicarakan Opini di dunia Islam untuk di jadikan ilmu buat pehamam, dan di jadikan rujukan.

"Stadz, aku bingung, kenapa yah Islam suka amat sama yang namanya perang, coba lihat aja di timur tengah, sampai sekarang gak pernah damai, selalu saja berperang, bukan hanya antar Muslim dan Kaum Kafir tapi sudah berperang antar ideologi, bahkan sesama sunny pun berperang hanya karena beda pendapat dan faham." Kesah Adul membuka obrolan.

Udin hanya tersenyum mendengar curhatan adul. Namun merasa bangga punya sahabat yang kritis dengan dunia Islam. Udin pun mulai membuka Opini. "Begini dul.. semua itu sudah sunatullah. sebagaimana yang sudah di ramalkan oleh Rasulullah saw, bahwa nanti di akhir zaman Islam akan terpecah menjadi 73 golongan, makanya gak aneh kalau di zaman ini banyak sekali fitnah yang bisa menyebabkan peperangan" Terang Udin dengan wajah yang penuh kesejukan. "Ooh gitu yah syadz " Ujar Adul dengan khusyunya mendengarkan wejangan dari ustadz Udin.

"Begini dul yang ane tau dari guru ane tentang Fikih Jihad" Udin agak serius menerangkan.

"Seandainya Jakarta terjadi peperangan antara kaum Muslim dengan orang Kafir. Maka setiap orang Muslim yang ada di Jakarta hukumnya Fardhu a'in, atau Wajib secara individu, maka jika si Muslim yang tinggal di Jakarta tidak mau berperang maka hukumnya dosa dan di laknat oleh Allah." Terang Udin sambil mengisap rokoknya. Udin memang suka merokok, karena menurut Udin rokok hanyalah makruh hukumnya.
Udin pun melanjutkan kan: "Nah kalau daerah yang di sekitar Jakarta sperti Bogor, Bekasi, Bandung maka hukumnya Fardu kifayah, atau wajib mengirimkan perwakilan, jika tidak mengirimkan perwakilan maka berdosalah orang Muslim yang ada di daerah itu, tapi jika mengirimkan perwakilannya maka gugur lah kewajiban orang-orang Muslim yang ada di daerah tersebut yang berdekatan dengan Jakarta." Lanjut Udin menerangkan dengan serius.

"Lalu bagaimana dengan derah-daerah yang agak jauh dari Jakarta seperti Jogja, solo, Surabaya, apalagi Madura yang jauh amat, maka hukumnya belum mendapatkan Fardhu Jihad. Kecuali perang sudah meluas ke daerah-daerah yang terdekat Jakarta, maka yang terdekat lah yang kena Fardu Kifayah.."

"Oh gitu yah stad" Kata Adul sambil menggaruk-garuk kepalanya

"Makanya kamu kalau ngaji jangan sama buku, setiap Ilmu harus ada Gurunya yang dapat menerangkan, agar tidak tersesat." Udin memberi nasehat kepada Adul

"Dan loe Dul bae-bae kalau ada yang mengajak ngaji, takut-takut kalau loe di ajak ngaji dengan orang yang gak jelas, pas loe pulang dari pengajian loe malah mengkafir-kafirkan temen loe lagi.. hehehe" Canda Udin sambil tersenyum kepada Adul. "Bahkan orang tua loe juga di kafir-kafirkan, bisa durhaka loe Dul" Lanjut Udin menerangkan.

"Satu lagi kalau ngaji Hadist jangan di makan mentah-mentah, kudu di kaji lagi biar loe gak jadi teroris yang Jihadnya ngawur.." "Dia pikir masuk surga ya stadz" Tanya Adul. "Ia bukannya mati syahid, malah mati sangit hehehe" Canda Udin yang membuat Adul tersenyum dan penuh arti bisa bertemu dengan Ustadz Udin yang cukup lumayan Ilmunya. Pikir Adul.

Karena senja sudah mulai merangkak, waktu pun menyambut Magrib maka Adul pun pamit pulang dengan hati yang agak lapang dengan jawaban dari ustadz Udin mengenai Jihad.

"Ane pulang dulu stadz" Pamit Adul sambil bersalaman.

"Ok sama-sama aku juga mau siap-siap nih" Kata Udin.

"Assalamu alaikum"

"Wa alaikum salam"

Mereka pun berpisah dengan mendapatkan Rahmat dan Hidayah dari pertemuan mereka yang di Ridhoi oleh Allah swt

Tidak ada komentar:

Posting Komentar