Jumat, 07 Maret 2014

Sinta yang Malang


Wanita itu hanya menatap foto kekasihnya yang entah kemana tak ada kabar cerita. Seorang laki-laki yang tidak bertanggung jawab atas perbuatannya yang telah membuat Sinta berbadan dua...






Suara hujan terasa memilukan bagi seorang gadis yang telah di renggut kegadisannya. entah apa yang harus di perbuat, seakan-akan ingin mengakhiri hidupnya, namun masih ada harapan untuk bertemu Tommy, laki-laki yang selama ini Sinta pikir, tommy adalah laki-laki yang bertanggung jawab. Ternyata hanya membuatnya sengsara dan malu di hadapan keluarga dan masyarakat.

"Beb... aku mau kita bertemu malam ini," tulis Sinta di sms nya. Balasan pun datang 5 menit kemudian. "Ada apa say.. aku belum pulang kerja ne..nanti aja setelah aku pulang aku bel balik ke kamu " jawab tommy dalam balasan sms nya.

Sinta pun segera berkemas untuk menemui Tommy di persimpangan jalan biasa Sinta dan tommy ketemuan.

Dengan jaket kulit dan kaus singlet, sinta mencari tempat duduk, sambil mendengarkan musik di hape nya untuk mengusir rasa suntuk karena menunggu kedatangan Tommy.

Terlihat motor Tiger dan suara khas milik Tommy.

"Dah lama nunggunya say..." sapa Tommy.

"Yah lumayan.. kamu sendiri dah pulang"

"Ya kebetulan pekerjaan tidak terlalu padat.. dah makan say.. makan nyo di warung see foot mang udin." ajak Tommy sambil membelokan motornya.

"Tunggu...." cegah Sinta

"Ada apa?"

"Aku mau bicara sama kamu tentang hubungan kita" tanya Sinta dengan mata berkaca-kaca.

"Mau ngomong apa siih saay.. ya udah ngomongnya di sana aja sanbil makan.." jawab Tommy sambil menunjukan telunjuknya ke warung tenda makanan see foot milik kang Udin.

"Ga usah ! aku gak laper.." jawab sinta.

Tommy melihat wajah Sinta yang memerah dan mata yang berair, Tommy pun memeluk Sinta sambil berbisik..."Ada apa sayang.. kamu abus nagis yah.. apa sih yang membuat kamu nangis.." ujar Tommy sambil membelai rambut Sinta yang kurang di sisir itu.

"Aku hamil beb.."

Tommy pun melepaskan pelukannya dan menelan ludah "Apa kamu hamil..?.."
 Tommy terdiam, sambil memandang perut Sinta yang memang belum terlihat kalau sinta hamil.

"Yah aku hamil.. aku hamil aku mau kamu segera mungkin untuk mengenalkan aku dengan ke dua orang tuamu, karna aku gak bisa membuat malu orang tua ku yang sudah tua renta, harus mendengar kabar bahwa aku berbadan dua." isak Sinta di hadapan tommy sambil memandang ke wajah tommy.

Di dalam hati Tommy berkata "Bagaimana mungkin bisa hamil sedangkan aku cuma sekali menidurinya.. "

"Ah gak mungkin, aku gak percaya sin..." kilah Tommy sambil duduk di atas motornya

"Aku. cuma sekali meniduri kamu bagaiman mungkin bisa hamil.. aku curiga sama kamu sin..?."

"Apa maksud kamu dengan curiga kepadaku,,?" jawab sinta dengan bibir bergetar.

"Aku curiga jangan-jangan sebelum aku, sudah ada laki-laki lain yang menidurimu"

Bagaikan geluduk di ditengah kemarau Sinta menangis tersedu-sedu mendengar perkataan yang sangat menyakitkan hati dari bibir lelaki yang sangat di cintainya.. Plak plak plak. Tangan Sinta pun melayang di pipi Tommy sambil berkata. "Dasar kamu Tom.. aku gak terima pokonya kamu harus bertanggung jawab," bentak Sinta sambil balik pulang dengan penuh penyesalan.







Hari demi hari di lalaui Sinta dengan penuh cemas dan bingung, bingung harus bilang apa sama keluarga kalau dia telah hamil. Sangat menyakitkan Tommy pergi tamapa kabar semenjak aku katakan padanya bahwa aku hamil.

Ada rasa untuk menggugurkan kandungan ini. Namun aku masih berharap akan ada lelaki yang mau bertanggung jawab untuk menutupi aib ku. Mungkin saja ayahku bisa mencarikan lelaki yang mau menutup kehamilanku dengan suatu perjanjian, semisal kontrak aaahh ... pikiranku melayang jauh biar lah akan aku urus ini janin yang ada di perutku..






5 bulan gak terasa. Akhirnya aku berterus terang kepada orang tuaku, dan aku bicarakan apa adanya. Orang tuaku hanya bisa mengelus dada, walaupun aku tak sanggup melihat air mata mereka, "Maafkan aku bapak, ibu yang telah membuat kalian malu di masyarakat"

Berita tentang hamilnya sinta sudah terdengar di mana-mana dan menjadi topik tertinggi di gosip para tetengga. Namun Sinta dan keluarga tidak memperdulikan, Toh masih banyak kejadian yang sama dan sudah tradisi di masyrakat. jadi sudah gak aneh kalau ada cerita tentang perawan bunting.

Hamil di luar nikah dan tampa ada yang bertanggung jawab itulah yang membuat Siska malu. Sedangkan orang tua hanya berkata "Yah namanya anak sendiri mungkin sudah nasibnya harus begini, mau di apain lagi' itulah perkataan dari orang tua yang membuat aku semangat dalam menjalani taqdir ini.

sembilan bulan telah tiba. Perutku sudah merasakan sakit, aku berfikir mungkin sebentar lagi aku akan melahirkan. Firasatku benar jam setengah 12 malam perutku seperti melilit, aku melihat cairan putih yang keluar dari kemaluanku, yah yah air kketubanku pecah bertanda aku akan melahirkan.

aku pun segera berteriak memanggil ibu ku, "Buu .." panggilku.

Setelah ibu melihat keadaan ku. Ibuku panik dan segera memanggil ayah. ayah pun segera meminta pertolongan kepada tetangga terdekat. Aku pun di bawa dengan menggunakan mobil kijang punya tetanggaku yang agak baik hati dan sedikit mampu.

^^^^^^^

Di perjalanan Sinta menangis kesakitan..
"Sabar yah nak sebentar lagi juga sampai ke rumah sakit... cepet pir jalannya..!" teriak ibu Sinta
"Ya bu, mudah-mudahan gak macet bu" kilah supir.

Terlihat wajah sinta sudah biru karna menahan rasa sakit, nafas sesak, dan mata kunang-kunang. Setelah sampai kerumah sakit Sinta pun di bawa keruang darurat. dan segera di periksa, namun hasil pemeriksaan dokter, Sinta harus di operasi karena janin yang ada di perutnya melintir dengan kaki kebawah.

Orang tua sinta binggung kalau di operasi biaya dari mana. sedangkan simpanan juga gak punya. pikir ibu sinta dalam hati. "Berapa biaya operasi dok?" Tanya ibu sinta kepada dokter.
"Delapan juta bu.." jawab petugas kasir rumah sakit.
"Pak gmana.." tanya ibu sinta kepada suaminya.
"Aku gak tau bu, duit dari mana kita sebanyak itu, minjem pun ga ada yang percaya bu.." Ujar ayah sinta.
"Saya ada empat juta," kata pak tono yang tetangga sinta yang meminjamkan mobilnya.
"Terima kasih pak, saya berteima kasih banget, alhamdulilah ternyat masih ada yang mau menolong keluarga kita pa.!" kilah ibu sinta dengan wajah yang sedikit ceria.
"Ya udah buru segera bawa ke ruang operasi" kata pak tono.
"terus kekurangan gmana nanti.." ujar ibu Sinta.
"Nanti kita usahakan bu, yang penting selamat dulu Sinta dalam persalinannya " kata pak tono

Tawar menawar pun di lakukan dengan seorang Dokter, untuk di peringanan biayanya. Namun rumah sakit menolaknya dengan alasan yang membuat keluarga Sinta kesal. Teriak Sinta sambil memegang perutnya yang kian sakit. Wajahnya biru. Tatapan matanya kosong,nafasnya tersengal-sengal.

"Sudah, cari saja lagi rumah sakit yang murah," kata iding paman Sinta
"Cari lagi bagaimana, ini udah darurat lihat sinta mukanya sudah biru menahan rasa sakit," Kata pak toni.
"Ada rumah sakit yang murah, di jalan sengon." kata Iding.
"Ya udah buruan, bawa lagi Sinta mudahan-mudahan Sinta kuat" Ujar ibu sinta sambil menangis melihat nasib anaknya yang malang.

Sinta pun kembali di bawa ke mobil kembali, untuk mencari rumah sakit yang mau menerimanya dengan harga operasi murah. Mobil itu pun berlari dengan kecepatan tinggi. Namun naas perjalanan menuju rumahsakit yang di tuju macet. Rasa was-was menyelimuti seluruh penumpang yang ada di mobil kijang itu. Was-was melihat wajah sinta yang semakin membiru dan nafas yang tersengal-sengal.

Seratus meter lagi gerbang rumah sakit terlihat. Pak toni segera memakirkan mobilnya di halaman rumah sakit. Namun seketika suasana hening. Hening tampa suara rintihan sakit dari Sinta. Ibu Sinta mengusap-ngusap wajah Sinta dan membelainya sambil berdoa untuk keselamatan anak perempuan kesayangannya.

"Sinta bangun sinta sudah sampai" ujar ibu sinta sambil menggoyangkan badan sinta.
"Sinta bangun sinta,, " sekali lagi ibu sinta membangunkan, namun sinta tidak bergerak, badannya kaku, mata  terbuka ke atas, hanya kelopak mata putihnya yang terlihat..

Ibu sinta tersadar bahwa anaknya sudah tiada.."Sintaaa.... pak,.. sinta pak sinta.." Semua terdiam dan saling memandang. Pak toni memegang leher sinta, untuk menentukan apakah masih ada detak jantungnya.

'Inna lilahi wa inna ilahi rojiuu.." Desah pak toni. Di iringi tangisan semua keluarga Sinta.
Ibu Sinta menangis.."Sungguh malang kau nak.."
"sudah ibu.." ujar Ayah sinta sambil memeluk jenazah Sinta.

Pak Toni pun segera membalikan mobilnya untuk pulang dan mengabarkan kepada tetangga setempat, bahwa Sinta sudah tidak tertolong.

Sinta meninggal dalam keadaan berbadan dua. Sinta membawa hasil dari perbuatan lelaki yang tidak bertanggung jawab sampai ke liang lahat. Sinta di makam kan bersama janin yang ada di rahimnya.

SEKIAN

Tidak ada komentar:

Posting Komentar