Selasa, 05 April 2016

IMAMKu


"Mas Ran!" panggilku ketika ia sedang asik menyenandungkan ayat-ayat Al'qur'an. Ketika itu juga ia menghentikan bacaannya, lalu menutup kitab suci itu serta menciumnya. Lalu ia menghampiriku.


"Ada apa dek?" ucap Mas Rendy bertanya. 

Aku mengeleng kepala sambil tersenyum simpul. Mas Rendi sebagai suami sangat mengerti apa kode-kode yang aku berikan. Ia paham dengan kode-kode isyarat sebagai istri jika meminta sesuatu. Begitupun aku, berusaha untuk mengerti kode-kode isyarat yang diberikan Mas Rendy sebagai suamiku.

"Mas, maaf yah jika mengganggu kekhusyuanmu." kataku. Aku harap ia bisa mengerti apa yang aku mau. 

Mas Rendy mendekatiku, lalu ia merungkuk dan diulurkan bibirnya untuk mencium keningku, lalu berkata. "Aku juga lagi ingin?!" sembari menarik kembali bibirnya yang lembut itu, dalam arti kelembutan kasih sayang.

"Oh yah, sebaiknya kamu solat dua rokaat dulu. Untuk memohon kepada Allah, agar kita diberikan anak yang sholeh kelak!" Mas Rendy berkata seperti itu. Aku tersandung dengan perkataannya. Karena aku yakin, perkataan itu adalah doa. "Amiin ..." jawabku di dalam hati.

Aku pun bergegas untuk mengambil air wudhu dan solat dua rakaat. Berdoa kepada Allah agar aku dan Mas Rendi dijadikan keluarga yang Sakinah, Mawadah dan Waromah sebagai pilar untuk keturunan kami kelak.

Serta tidak lupa aku ucapkan doa memohon, agar diberikan anak yang sholeh dan sholehah untuk menjadi tumpuan dan penolong di akherat nanti.

Aku bangga menjadi istri Mas Rendy. Ia selalu membimbingku dalam prihal agama dari yang sekecil apapun maupun yang besar. Semua apa yang diperintahkan oleh Allah, ia pun lantas memerintahkan untukku. 'Mas Rendy', bukan hanya seorang suami, tapi juga sebagai guru ngajiku, yah ... engkaulah imamku.

Aku mendatanginya. Disambut dengan seyuman kasih sayang. Mencumbuku dan aku terbuai tampa ada kata-kata. Kain lebar untuk menutupi kami berdua sudah disiapkan. Kami tak mau hubungan kami dilihat setan durjana. Ia mulai membelaiku, seraya berdoa.
]: ﺑِﺴْﻢِ ﺍﻟﻠﻪِ ﺍَﻟﻠَّﻬَُّ ﺟَﻨِّﺒْﻨَﺎ ﺍﻟﺸَّﻴْﻄَﺎﻥَ . ﻭَ ﺟَﻨِّﺒِْ ﺍﻟﺸَّﻴْﻄَﺎﻥَ ﻣَﺎ ﺭَﺯَﻗْﺘَﻨَﺎ

Sungguh indah doa yang diucapkannya. Aku mengamini penuh harap kepada sang penggenggam malam untuk menjaga hubungan kami berdua.

Dengan menyebut nama Allah, ya Allah jauhkanlah kami dari campur tangan syaitan dan jauhkan pula syaitan dari apa-apa yang Engkau karuniakan kepada kami

Aku terbuai alunan cintanya, kelembutan serta kehangatannya. Bidadari malam seperti menyoraki kami berdua laksana dua mutiara surga yang gemerlap. Mereka terpesona, mereka terlena.

"Mas Ren ... terima kasih!" ucapku lembut di telinganya.

"Akulah yang berterima kasih padamu yang ikhlas memberikan itu semua kepadaku." jawab Mas Rendy perlahan. Sesekali ia mencium keningku, lalu ia beranjak setelah semua terselesaikan. Ia berdoa:
ﺍَﻟْﺤَﻤْﺪُ ِﻟﻠﻪِ ﺍﻟَّﺬِﻱْ ﺧَﻠَﻖَ ﻣِﻦَ ﺍﻟﻤْـَــﺎﺀِ ﺑَﺸَـــﺮًﺍ
"Segala puji bagi Allah yang telah menjadikan air mani ini menjadi manusia (keturunan)"

"Syukur aku panjatkan atas kenikmatan di jalan ridhomu. Di jalan syariatmu."

Mas Rendy bangkit dari rebahannya. Ia berkata, "Kita sama-sama ambil air wudhu, lalu kita lelapkan mata kita untuk munajat tengah malam nanti."

Aku mengangguk mengerti. Kami pun bersuci sebelum kami terlelap.

 ***
Kumandang subuh terdengar keras dekat rumah kami. Aku dibangunkan oleh Mas Rendy. Terasa berat, tapi Mas Rendy terus membujukku untuk menjalankan kewajiban sebagai muslimah, yaitu menjalankan solat lima waktu.

Mas Rendy pernah berkata kepadaku memberi motivasi agar aku semangat dalam menjalankan ibadah yang diwajibkan. Mas Rendy pernah memberiku tausyah. "Mudahnya seorang istri masuk surga dengan pintu mana saja. Pertama menjalankan lima waktu, berpuasa, menutup aurat dan patuh terhadap suami."

Aku senang mendengar nasehat itu, betapa mudahnya wanita masuk surga.

"Sayang, aku berangkat dulu!" Mas Rendy berkata untuk pamit mencari karunia Allah. "Kamu jangan lupa solat dhuha, doakan aku agar di mudahkan urusan kita dan mendapatkan berkah."

Aku mencium tangannya petanda takzim dan hormat padanya. Hati ini merasa tenteram ketika ia melangkah untuk bekerja mencari nafkah untukku. "Bismillahi tawakaltu alallah, laa haula wala quwata ila billah!" desisnya melantunkan doa.

"Allah berikanlah keselamatan pada suamiku dalam mencari karuniamu."

Sekian

3 komentar: